Biografi Singkat Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Biografi Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Biografi Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Maulana Hasanuddin ini merupakan seorang sultan Banten yang pertama. Beliau merupakan seorang waliyullah atau wali Allah. Putra ketiga Sunan Gunung Jati Cirebon tersebut pertamakali datang ke daerah Banten atas perintah sang ayah untuk bisa menyebarkan agama Islam yang ada di bagian barat dari pulau Jawa.

Ki Mas Jong dan juga Ki Agus Jo ini merupakan sahabat sekaligus seorang murid yang setia dari Maulana Hasanuddin. Mereka bertiga kemudian mendatangi Prabu Pucuk Umun yang ada di Pulosari untuk bisa memeluk Islam. Tetapi ajakan itu ditolak sama mereka. Prabu Pucuk Umun ini justru menantang serta ingin menjajal kesaktian dari Maulana Hasanuddin langsung di hadapan para ratu Pakuan serta Pajajaran.

Seperti kisah adu sakti dari seorang Raja Firaun dan Nabi Musa, maka Prabu Pucuk Umun ini mengeluarkan seekor ayam jago besar yang berbungkus baja serta berjalu besi yang terlihat sangat ganas ini merupakan hasil sihirnya. “Jika kamu memang bisa untuk mengalahkannya, maka aku akan ikut agamamu,” inilah yang dikatakan Pucuk Umun menantang.

Sultan Maulana Hasanuddin ini kemudian memohon kepada Allah SWT supaya dijadikan seekor hewan burung jalak putih. Untuk hal ini beliau berharap burung tersebut mampu untuk mengalahkan serta mempermalukan sihir dari Prabu Pucuk Umun. Benar adanya, maka burung jalak milik dari Maulana Hasanuddin ini ternyata berhasil mencabik-cabik hewan sihir ayam joga milik Pucuk Umun.

Akhirnya para priyayi Pakuan serta Pajajaran tanpa melakukan perlawanan bersedia meninggalkan kekuasaannya yang ada di daerah Banten. Disini akhirnya hanya tersisa sekitar 786 orang prajurit Pakuan serta juga Pajajaran yang mana semuanya tunduk dan juga bersedia memeluk Islam tanpa melakukan pertumpahan darah. Mereka dijamin dilindungi oleh Maulana Hasanuddin bersama dengan Ki Mas Jong serta juga Ki Agus Jo untuk bisa menempati perdusunan yang ada di wilayah Banten.

Sebagai seorang pemimpin baru yang ada di daerah Banten, maka Maulana Hasanuddin ini bermaksud untuk mendirikan sebuah istana kesultanan. Hanya saja berdasarkan atas saran dari Gunung Jati, maka Maulana Hasanuddin ini diminta untuk menunaikan ibadah haji terlebih dulu. Beliau pun akhirnya berangkat haji, setelah beliau berpamitan terlebih dulu pada muridnya Ki Mas Jong serta juga Ki Agus Jo. Untuk hal ini, beliau berpesan supaya menjaga wilayah Banten.

Di Makkah, Sultan Maulana Hasanuddin ini selain menunaikan ibadah haji maka beliau juga berbaiat tarikah Syattariyah. Hal ini yang juga dianut oleh sang guru Sunan Gunung Jati. Hanya saja untuk hal ini tidak ada kejelasan kalau beliau telah berguru dengan siapa ketika berada di Mekkah.

Sekembalinya dari beliau Mekkah, maka beliau datang kembali ke daerah Banten untuk menemui Ki Mas Jong serta Ki Agus Jo. Beliau kemudian mengajak muridnya itu bersedia berkunjung ke Lampung untuk menemui Ratu Darah Putih dan mengajaknya masuk Islam. Ratu Darah Putih pun akhirnya langsung masuk Islam, hal ini dilakukannya dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya peperangan.

Beliau kemudian membangun pusat kekuasaan, setelah itu beliau mendirikan sebuah Masjid yang bernama Mejid Agung Lumbung yang ada di Banten Lama atau Surosowan. Beliau juga menjadikan masjid ini sebagai pusat dakwah sekaligus juga sebagai pusat berkumpulnya sultan dengan para rakyatnya. Beliau kemudian dibantu  oleh Ki Mas Jong serta Ki Mas Jo menata sebuah kawasan Surosowan yang merupakan cikal bakal dari pusat pemerintahan dan juga perdagangan.

Maulana Hasanuddin merupakan waliyullah sekaligus juga raja yang sangat arif serta bijaksana. Sehingga disebut juga Panembahan Sabakingking yang mempunyai arti pemimpin yang sangat bijaksana serta diterima oleh masyarakat di mana saja. Beliau mampu menundukkan lawan tanpa harus merendahkan mereka.

Beliau juga menyebarkan Islam ini tanpa melalui peperangan serta juga pertumpahan darah. Sekalipun beliau ini bukan berasal dari orang Banten asli, melainkan ada keturunan Jawa, tapi Maulana Hasanuddin ini sangat dihormati oleh para rakyatnya baik itu di Jawa Barat maupun di Lampung.

Keistimewaan Sultan Maulana Hasanuddin yang lainnya yaitu keturunan beliau tidak ada yang menjadi tapi rata-rata menjadi seorang ulama. Beliau kemudian wafat pada tahun 1570 M serta dikebumikan tepat berada di sebelah Utara dari Masjid Agung Banten Lama.