6 Efek Negatif Menggunakan Deterjen

Deterjan sangat penting untuk kebutuhan masyarakat. Dimana pengguna dari deterjen ini sebagian besar di gunakan untuk mencuci pakaian. Adanya efek samping yang dimilikinya salah satunya efek negatif menggunakan deterjen yang satu ini.

Namun, banyak pula orang yang tak cocok menggunakan deterjen. Bukan karena tak bisa membuat pakaian bersih, melainkan timbulnya iritasi pada kulit usai menyentuh deterjen pada orang dengan kulit sensitif.

6 Efek Negatif Menggunakan Deterjen

1.Deterjen Mengandung Senyawa Turunan Minyak Bumi

Deterjen konvensional terbuat dari berbagai macam senyawa kimia seperti builder, Pewangi buatan, dan yang paling berbahaya adalah surfaktan. Surfaktan merupakan senyawa turunan minyak bumi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan pada permukaan air atau membuat lebih permukaan menjadi lebih basah sehingga lebih mungkin untuk berinteraksi dengan minyak juga lemak. Kebanyakan deterjen konvensional menggunakan surfaktan yang berupa phosphat, alkyl benzene sulfonate, Diethanolamines , Alkyl phenoxy. Semua senyawa ini merupakan senyawa yang berasal dari sumber daya yang tidak dapat diperbarui (minyak bumi), beracun, dan berbahaya bagi lingkungan.

2.Bahaya Deterjen Memicu Eutorfikasi dan Pencemaran Air

Senyawa phosphate merupakan salah satu penyebab pencemaran air terbesar. Empat puluh dua persen dari penyakit manusia dan hewan disebabkan oleh senyawa ini. Menurut Prof Narinder K. Kauschik, Professor Emeritus untuk environmental biology di Canadian University of Guelph,masalah utama adalah senyawa phosphate yang menyebabkan eutrofikasi pada ekosistem air.

Eutrofikasi adalah suatu kondisi pesatnya pertumbuhan tanaman enceng gondok dan ganggang. Jika kondisi ini dibiarkan maka permukaan sungai atau rawa akan tertutup tanaman ini. Dampak negatif akan dirasakan oleh biota air dibawahnya karena eutrofikasi menghambat sirkulasi oksigen dan sinar matahari. Lalu tumbuhnya ganggang yang pesat dapat meningkatkan unsur hara di dalamnya. Lama kelamaan bukan tidak mungkin kondisi ini dapat menyebabkan biota di dalamnya mati atau bahkan mengalami kepunahan.

3.Mengandung Bahan yang Sulit Terurai

Surfaktan yang bersal dari minyak bumi, akan sulit terurai di alam bebas. Senyawa seperti Alkyl Benzene Sulfonates (ABS) yang banyak digunakan pada deterjen anti noda. Sebagai alternatifnya, terdapat senyawa Alkyl Phenoxy, Polyethoxy Ethanol, dan Diethanolamines yang hanya sedikit lebih cepat untuk terurai dibandingkan dengan ABS.

4. Kemungkinan Penyebab Berbagai Penyakit

Berbagai senyawa buatan di deterjen dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti iritasi kulit, mata, bahkan memicu kanker.Laporan lengkap mengenai dampak deterjen terhadap lingkungan dan kesehatan bisa dilihat disini. 

5.Kemasan Plastik tidak Ramah Lingkungan

Kebanyakan deterjen yang ada dipasaran saat ini, di kemas oleh kemasan botol plastik atau lebih buruknya adalah kemasan pouch daur ulang yang berbahan campuran antara aluminum foil dan plastik sehingga sangat sulituntuk di daur ulang. Hal ini menyebabkan permasalahan baru, selain deterjen yang berbahaya bagi lingkungan, kemasan deterjen pun tidak dapat terurai hingga empat ratus lima puluh tahun.

6.Mengancam Ekosistem Air Laut

Limbah detergen yang mengalir di sungai-sungai akan berujung di laut. Sementara itu, detergen mengandung banyak sekali bahan kimia berbahaya seperti zat pewangi, pemutih, alkyl benzene sulfonate, nonylphenol ethoxylates, surfaktan, dan fosfat. Semua zat kimia tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup biota laut.

Baca: Sejarah Penemuan Sabun Dan Deterjen Yang Sering Kita Pakai Sehari-hari

Meskipun demikian, kamu bisa melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir efek negatif menggunakan detergen lingkungan dan ekosistem. Hal sederhana yang bisa kamu lakukan adalah mengurangi takaran jumlah penggunaan detergen dan jumlah air pencucian karena kondisi pakaian yang tidak terlalu kotor sebenarnya bisa menjadi bersih hanya dengan dikucek saja. 


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *